System Pemerintahan Di China



Dalam pemikiran Cina tradisional, jikalau pemerintah gres  bertahan dalam kekuatannya, ia harus sanggup menerangkan  amanat dari nirwana untuk menjadi kaisar baru. Menurut filsuf dari orang-orang Tao, dulunya dinasti hanya sanggup  dibuktikan jikalau mempunyai “mandat dari surga”, dan juga dipercaya dimana mandat dari dinasti tertentu telah dikeluarkan, hal tersebut akan menyerah pada pemberontak atau pemberontak istana. Di dalam pemikiran tradisional orang-orang Cina, kerajaan yang gotong royong hanya ada di surga, tetapi tetap yang melaksananakannya yakni orang-orang di dunia. Efek dari filosofi politik orang-orang Tao yakni sederhana dan praktis: setiap orang boleh mencoba keberuntungannya dengan pemberontakan jikalau beliau sangat mengharapkannya. Apabila pemberontakannya gagal, lalu yang menciptakan suatu percobaan dengan terang tidak mempunyai “mandat dari surga” dan biasanya mereka dieksekusi. Bagaimanapun, seorang pemberontak yang berhasil diambil sebagai bukti bahwa mandat dari nirwana benar-benar ada. Hal ini semata-mata hanyalah nyanyian kesuksesan saja. Setiap orang sanggup menjadi seorang kaisar sepanjang ia sanggup mengumpulkan kekuatannya.
Bagi Cina, the family was the state in miniature, the state the family writ large. Itu sebabnya Max Weber menyebut Cina sebagai “familistic state”. Penulis melihat bahwa dinasti Han yang lebih setia pada pemikiran Konfusius. Menurut penulis artikel ini, jawaban dari paham keluarga Cina yang ditafsirkan secara berbeda (salah) dengan apa yang dianjurkan oleh Konfuisus perihal sistem keluarga 3 generasi, Cina pernah mengalami krisis lantaran memberlakukan sistem three tyrannies (ruler, the father, and the husband). Three Tyrannies lalu menjelma the three bonds (dalam bahasa Cina, sangang). The three bonds terdiri dari: korelasi rulers-ministers; fathers-sons; and husbands-wifes. Tetapi rupanya paham ini berkembang lagi menjadi the three accordances atau three services: minister melayani ruler, anak melayani bapaknya, dan istri melayani suaminya (jadi tidak resiprokal, hanya pelayanan searah saja!). para pengagum three services, menganggap ini sumber dari segala keteratutan. Secara defacto, Paham three services masih sejalan dengan sistem tradisional Cina yang menekankan filial obligation dan filial piety.
Sistem three services tidak bersifat resiprokal sebagaimana yang diajarkan oleh Mencius (salah seorang murid Konfuisus). Mencius mengatakan: jikalau seorang pangeran merawat para pembantunya menyerupai tangan dan kakinya, mereka (para pembantunya) akan merawat pangeran itu menyerupai perut dan hati mereka. Jika pangeran merawat para pembantunya menyerupai kuda dan anjingnya, mereka akan merawatnya menyerupai seorang yang gila. Dan, jikalau seorang pangeran melihat para pembantunya menyerupai lumpur dan rerumputan, mereka juga akan melihat pangeran itu menyerupai seorang lawan.
Menurut Mencius, Konfusius mengajarkan bahwa keteraturan sosio-politik terjadi ketika ruler berkelakuan menyerupai ruler, minister berkelakuan menyerupai minister, dan father berkelakukan menyerupai father dan son berkelakukan menyerupai son; berdasarkan Konfusius, hal ini yang ia sebut sebagai sumber knowledge, etika. Konfusian dari suku Han melihat bahwa Yin-Yang mengandung sistem resiprokal. Yin diidentikkan dengan minister, son and wife sedangkan Yang diidentikkan dengan ruler, father, husband. Oleh lantaran itu, three bonds bagi suku Han harus dilihat menyerupai korelasi Yin-Yang.
Melihat uraian di atas, terang bahwa Konfusius menolak sistem otoriter. Konfusius memberi tekanan pada saling adanya korelasi secara adab dan bukan pada control kekuasaan yang otoriter. Seorang murid Konfusius, Xunzi menyampaikan bahwa jikalau setiap orang bersikap hormat, tertib, tanpa cela, menghargai orang lain, ketika itulah terjadi bahwa setiap orang bersaudara. Dalam sistem reciprocity, sistem diktatorial tidak berlaku. Karena dalam sistem reciprocity yang ditekankan yakni fleksibilitas, keutamaan (virtue). Dan, kekuatan korelasi yang cocok dalam KBE tidak terletak dalam sistem kekuasaan diktatorial (husband, father, and ruler) melainkan pada authority yang membangun pengetahuan etika.
Bentuk pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dipakai ketika keakaisan Cina kuno masih berkuasa yakni sistem pemerintahan yang sentralistik. Sistem sentralistik ini sanggup disetarakan dengan perilaku absolutisme monarki. Sehingga dalam pelaksananany timbullah istilah “semua tanah yakni tanah raja dan semua orang yakni milik raja”.
Dalam pelaksanan pemerintahn raja juga memabgi tugas-tugas bawahan. Pada masa kekaisaran kaisar terdapat enam orang bawahan. Enam orang bawahan inilah yang akan melakukan perintah raja. Enam orang itu mempunyai tugas: menteri surga, pembuat kebijakan; menteri bumi, menteri berkenaan dengan pendidikan; menteri demam isu semi, menteri berkenaan dengan pengadilan agama; menteri demam isu panas, meneteri berkenaan dengan manajemen keseharian; menteri menteri demam isu gugur, menteri berkenan dengan penjatuhan hukuman; menteri demam isu dingin, menteri yang berkenaan dengan logistik negara, termasuk pembiayaan proyek besar. Tiap menteri mempunyai staff ratusan dari bagian-bagian. Kaisar jug amengontrol enam kekuatan militer, setiap regional mempunyai tiga, dua atu satu yang diubahsuaikan dengan wilayah.

Sistem Perekonomian di China

Ekonomi Cina dibangun berdasarkan ekonomi agrarian. Ekonomi agrarioa tyang mempunyai system feodalistik. Sistem bahwa penguasaan tanah mempunyai peranan penting.
Pentingnya pertanian bagi Cina telah membawa perubahan pada sisitem teknologi pertanian juga. Sisitem pertanian yang diterapkan Cina pada waktu itu telah mengenal adanya sistem irigasi, rotasi flora pertanian, dan penggunaan binatang sebagai alat pertanian.
Cina juga tidak tergantung pada pertanian saja, namun telah berbagi hasil peternakan. Peternakan yang berkemabng dicina mencakup peternakan domba, kambing dan sapi. Selain adanya binatang ternak setiap penduduk juga memilki binatang untuk dipelihara, menyerupai lembu janta, babi dan ayam. Perekonomian Cina juag dibantu dengan adanya perburuan yang dilakukan penduduk.
Tidak hanya pertanian, Cina juga berbagi sistem perdagangan dengan dunia luar. Cina telah menjalin korelasi dagang pertama kali dengan melakuakn transaksi di sekitar Cina pecahan utara dan maritim Cina selatan. Perdagang yang dilakuakn berupa perdagangan besi, timah, cangkang penyu, dan produk kerajinan tangan. Dengan adanya perdagangan maka terjadilah pekembangan teknologi peleburan besi, munculnya kota-kota dagang, dan penggunaan uang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Definisi Air Dan Peranannya Dalam Biofisika

Arti Mimpi Naik Tangga Dengan Anak Kecil Menurut Primbon Jawa

Pembukaan Uud 1945