Ketika Ia Mengajariku Apa Itu Cinta



oleh CERPEN.NET pada 10 Mei 2011 jam 11:27
Untuk apa sekolah lama-lama kalau pada akhirnya. Cuma sanggup selembar ijazah, katanya serius

Jangan lihat selembar ijazahnya, tapi lihat manfaatnya. Kamu tidak akan mungkin bisa kuliah tanpa selembar ijazah itu. Dan tidak kuliah itu artinya susah sanggup pekerjaan nantinya Ucapku mematahkan angapannya

Lihat saja di Darman. Dia tidak pernah sekolah tapi beliau juga punya yang namanya ijazah. Sekarang beliau juga kuliah.

Tapi beliau curang, saya sedikit putus asa.

Kuakui saya kalah dalam perdebatan waktu itu. Dia memang selalu memenangkan perdebatan diantara kami, walaupun bersama-sama beliau yang salah.

Ujian Akhir Nasional sebentar lagi. Nyaris seluruh siswa kelas XII sibuk berguru untuk mempersiapkan diri menghadapi hari-hari seram itu. Tapi beliau masih saja hambar dengan sekolahnya, malah asik main-main d luar rumah hingga larut malam.

Aku tak tahu apa yang ada di dalam pikirannya, mengapa beliau tidak mau pergi ke sekolah. Ya paling tidak hanya tiba untuk setor muka pada guru-guru. Setelah itu duduk, membisu dan pulang, kan gampang.

Dia beralasan sekolah itu hanya sebagai ajang pembodohan. Ah saya tidak oke dengan itu. Bilang saja kalau memang malas ke sekolah, tidak perlu menyalahkan sekolah menyerupai itu.

Katanya beliau juga capek dimarahi guru dan kejar-kejaran dengan satpam kalau terlambat. Lah, bukankah itu semua timbul alasannya yaitu kesalahannya sendiri ? ah ada-ada saja alasan yang beliau utarakan.

Sekarang hidupnya senang, tidak perlu bangkit pagi dan ke sekolah, tidak harus mengerjakan tugas-tugas yang menggunung dan tidak perlu bercapek-capek ria duduk berjam-jam hanya untuk mendengar celotehan guru di depan kelas. Yang beliau lakukan hanya bersenang-senang. Sementara saya ? , saya masih harus menahan kantuk menuju ke sekolah dan belajar, belajar, belajar, berguru hingga waktu pulang tiba. Jujur, saya iri padanya.

Aku mustahil sepertinya, tidak sekolah itu sama saja akan memalukan diriku sendiri terlebih lagi bagi orang tuaku.

***

Walaupun kami saudara sepupu, saya jarang sekali ketemu dengan dia. Hanya pada acara-acara keluarga saja kami bisa bertemu. Maklum beliau terlalu sibuk untuk urusan-urusan yang saya anggap tidak penting sama sekali.

Bingung. Dia tidak ke sekolah, tapi mengapa sibuk sekali ?. Harusnya kan beliau berleha-leha di rumah, ongkang-ongkang kaki. Apa beliau bekerja ? ah saya tidak pernah tahu apa pekerjaannya. Yang saya tahu beliau Cuma ngumpul-ngumpul dengan teman-temannya, menghabiskan malam ditemani asap rokok yang mengepul tidak henti-hentinya.

Malam ini beliau tiba menghampiriku di rumah. Dugaanku, mungkin beliau akan mengajakku untuk berdebat lagi. Entah dilema apa kali ini, yang terang saya tidak mau mendengar cerita-cerita tidak terang lagi menyerupai kemarin waktu beliau bercerita perihal hantu yang meneror rumah yang beliau dan teman-temannya jadikan kawasan ngumpul atau dongeng perihal artis idolanya yang membosankan. Ah apa peduliku dengan semua itu.

 Menurutmu apa itu cinta ? tanyanya pelan padaku.

Cinta ?  aku sedikit heran.

Tidak biasa-biasanya beliau membahas cinta. Wah saya pkir pembicaraan kali ini akan menyenangkan, ku perbaiki dudukku biar nyaman berlama-lama mendengar omongannya.

Ayo jawab  katanya tanpa menoleh sedikit pun kepadaku.

 cinta itu. Mm yaitu rasa. Rasa kepada seseorang yang kita sayang pastinya , jawabku yakin.

 Cinta itu abadi. Kamu oke ?

ya sangat setuju

 Kita oke kalau cinta itu abadi. Harusnya kita berikan cinta hanya kepada yang awet pula. Dan di dunia ini tidak ada yang awet kecuali Allah SWT , katanya niscaya sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

Ada apa dengan bocah badung ini ?. Sedikit tidak percaya beliau bisa mengeluarkan omongan berbobot menyerupai itu.

 Terus bagaimana dengan nabi ?

 kita tidak seharusnya mencintainya nabi, tapi menyayanginya, katanya seraya mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum. Sekarang kau tahu bagaimana seharusnya bersikap dengan cinta ?  sambungnya lagi.

ya. tidak seharusnya saya menyayangi seseorang melainkan menyayanginya, alasannya yaitu saya hanya boleh menyayangi Allah. Aku tersenyum.

satu lagi, kau harus bisa buktikan kalau kau memang menyayangi Allah.Berbicara tanpa perbuatan itu sama saja berbohong dan bohong itu sama saja tidak menyayangi Allah.

Kali ini saya benar-benar melihat sisi lain dari dirinya. Rupanya selama ini saya terlalu meremehkan kemampuannya hanya alasannya yaitu beliau tidak pernah pergi sekolah dan badung saya eksklusif mengecapnya tidak terpelajar. Tapi lihat buktinya sekarang, beliau malah yang mengajariku filosofi cinta yang sebenarnya.

Dia memang hebat, bahkan mungkin lebih jago dariku yang mengaku anak sekolahan ini.

Tidak pernah ke sekolah bukan berarti tidak berilmu. Pergaulannya yang amburadul itu yang membuatnya lebih remaja dalam berfikir. Acara ngumpul-ngumpul dengan teman-temannya yang saya anggap tidak penting itu ternyata kawasan mengembangkan dongeng dan bertukar pendapat. Itulah mengapa pengetahuan umumnya sangat luas. Apalagi beliau sering duduk beram-jam di depan komputer yang terkoneksi ke internet. Dia berguru bahasa asing, filosofi cinta dan ilmu pengetahuan umum dari sana. Makara tidak salah kalau kini beliau yang mengajariku.

 terus kapan mau ke sekolah ?

 saat UAN nanti  jawabnya enteng.

 tidak takut tidak lulus kalau tidak pernah ke sekolah ?

 mungkin saya akan tertawa ketika hari pengumuman nanti alasannya yaitu melihat orang-orang yang sudah bersusah payah sekolah bertahun-tahun tapi tidak lulus juga. Lalu apa bedanya saya dengan mereka ? toh kami sama-sama tidak lulus kan. Tapi saya sedikit lebih beruntung dari mereka alasannya yaitu saya tidak perlu mencicipi capeknya harus ke sekolah menyerupai apa, sementara mereka rajinnya minta ampun.

Aku hanya bengong mendengar ucapannya. Baru kali ini tidak ada perdebatan diantara kami. Dia benar-benar beda hari ini, sedikit lebih remaja dari biasanya.

 aku niscaya akan lulus,  lanjutnya diikuti senyum meyakinkan, kemudian pamit pulang.

ya semoga saja, ucapku pelan.

Kalau beliau saja yang malas ke sekolah optimis bisa lulus kemudian kenapa saya yang rajin harus pesimis ? ah itulah bedanya saya dengan dia.

Dia tak sekedar mengajariku apa itu cinta tapi juga mengajariku menanamkan optimisme pada diriku. Terima kasih untuk semua itu . Sebagai balasanya saya komitmen tidak akan meremehkan beliau lagi.
                                                        
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti Mimpi Naik Tangga Dengan Anak Kecil Menurut Primbon Jawa

Asyiknyaa, Arti Mimpi Di Bonceng Pacar Naik Motor

Definisi Air Dan Peranannya Dalam Biofisika